Langsung ke konten utama

Kontribusi Saya Bagi Indonesia

Dilahirkan di sudut perkotaan Cimanggis, 16 Mei 1997, saya diberi nama Abdurrahman Naufal  oleh kedua orang tua, yang berarti hamba Allah yang penyayang dan pemuda tampan.  Nama yang indah sekaligus doa untuk anaknya. Anak kedua dari tiga bersaudara, mengajarkan saya untuk berbagi satu sama lain. Ekonomi keluarga yang sederhana, mengajarkan saya untuk hidup mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.

Pada tahun 2003, pendidikan saya dimulai dengan masuk Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Abidin. Lalu saya melanjutkan pendidikan ke tahapan selanjutnya, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Depok. Kemudian setelah lulus SMP, saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibinong.

Dalam proses pendidikan yang saya tempuh selama 12 tahun itu, saya mendapatkan ilmu yang cukup banyak dalam bidang akademik. Menurut saya ketika di dalam sekolah fokus seorang pelajar tidak hanya dalam bidang akademik, melainkan juga harus aktif dalam organisasi. Maka dari itu ketika menginjak bangku SMA saya memilih bergabung dalam Rohis, untuk memperdalam ilmu agama, sekaligus belajar berorganisasi.

Banyak manfaat yang bisa kita ambil ketika kita bergabung dalam sebuah organisasi. Kita akan mendapat pelajaran berharga yang tidak diajarkan pada guru secara teori. Mulai dari membagi waktu yang mana yang lebih prioritas, sampai harus memutuskan keputusan yang bijak dalam hal apapun.

Ketika sudah bergabung menjadi anggota rohis selama satu tahun, pada tahun berikutnya saya diberikan amanah untuk menjabat sebagai ketua selama satu periode (satu tahun). Amanah yang berat. Karena selain untuk mengurus setiap program kerja, saya juga harus memimpin semua anggota dengan baik, dan harus menjadi teladan bagi teman-teman yang lain. Alhamdulillah menjabat selama satu periode terlewati dengan lancar sebagai ketua.

Tidak hanya bergabung dengan organisasi, saya juga tetap melakukan aktivitas hobi membaca saat SMA. Hampir setiap hari saya meluangkan waktu ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku cerita maupun pelajaran. Dari hobi positif tersebut yang dilakukan secara terus-menerus, tidak disangka-sangka peringkat dalam bidang akademik menjadi naik hingga masuk ke dalam ranking sepuluh besar. Meski tidak pernah mendapatkan peringkat satu, dua maupun tiga, masuk ke dalam sepuluh besar sudah membuat kedua orang tua saya bangga.

Berawal dari hobi membaca, saya mulai tertarik bagaimana sebuah proses menulis hingga terciptanya menjadi sebuah buku. Dari situ saya mulai berlatih tulis-menulis. Karena kecintaan saya yang teramat sangat terhadap bidang itu, akhirnya saya memutuskan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, yaitu masuk ke Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) di Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, dalam prodi Penerbitan (Jurnalistik).

Belajar di kampus dengan niat ikhlas, tulus, dan cinta, ternyata menorehkan hasil yang manis. Di semester pertama saya mendapat nilai Indeks Prestasi, yaitu 3,68. Saya bekerja keras untuk mendapatkan nilai yang baik, demi membuat orang tua bangga dan juga meyakinkan mereka anaknya tidak main-main dalam menjalankan perkuliahan.

Untuk mentajamkan minat dan bakat dalam bidang kepenulisan, ketika kuliah saya bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), GEMA. Atau bisa dibilang majalah kampus. Di dalam UKM tersebut, saya tergabung dalam divisi Editor.

Dari semua ilmu yang saya dapatkan dari mulai Sekolah Dasar (SD) hingga bangku kuliah, alangkah baiknya diri ini harus bermanfaat bagi bangsa dan negara yang sudah banyak memberi banyak kepada kita rakyat Indonesia. Saya akan berkontribusi bagi Indonesia, memajukan bangsa Indonesia sesuai dengan kemampuan yang dikuasai.

Salah satu faktor penunjang majunya sebuah negara adalah dari segi pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan di sebuah bangsa, maka akan semakin maju bangsa tersebut. Dan sebaliknya. Membaca menjadi elemen yang penting di pendidikan. Karena dengan membaca para pelajar akan mendapatkan ilmu dan menambah wawasan mereka.

Sayangnya, minat membaca buku di kalangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah sekali. Mengutip dari portal berita online suara.com, menurut hasil survey UNESCO minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Jika dikalkulasikan dalam sebuah survey, berarti diantara seribu orang hanya satu orang yang mempunyai minat baca. 

Bahkan, minat baca literasi masyarakat Indonesia sangat tertinggal, atau dengan kata lain masih setara dengan Negara Afrika selatan. Dari 61 negara, Indonesia menempati peringkat 60. Sangat miris sekali.

Menurut hasil observasi yang saya lakukan kenapa minat baca rakyat Indonesia rendah, ternyata muncul tiga alasan. Diantaranya adalah karena sistem penulisan yang monoton yang kurang menarik perhatian pembaca, harga buku mahal dan tampilan sebuah buku membosankan. Itu yang membuat  minat baca masyarakat rendah.

Maka dari itu, saya mempunyai impian untuk berkontribusi untuk membangun Indonesia lewat pendidikan, salah satunya lewat buku. Saya ingin membuat buku yang menggugah minat baca masyarakat Indonesia. Mengubah pola pikir mereka kalau membaca buku itu menyenangkan, tidak lagi membosankan. Mendirikan sebuah perpustakaan yang akan dipinjamkan gratis untuk anak-anak kurang mampu yang membutuhkan bahan bacaan yang mendidik dan menarik. Dengan naiknya minat baca di Indonesia, saya yakin ke depannya Indonesia akan menjadi Negara maju dalam bidang pengetahuannya.

Untuk mencapai impian tersebut, saya juga akan belajar lebih giat lagi dalam hal apapun yang erat kaitannya dengan kepenulisan dan penerbitan. Karena proses belajar tidak ada kata berhenti sampai kita bertemu dengan Tuhan yang Maha Esa.

Di perkuliahan termasuk salah satu proses belajar yang sedang saya tempuh saat ini. Sayangnya, saya terbentur dengan biaya semester-an dan biaya keperluan kampus yang lumayan mahal. Saya mencari beasiswa yang bisa membantu ekonomi untuk mempermudah administrasi kampus dalam pembayaran biaya semester.

Ketika melihat mading (majalah dinding) di dalam jurusan, saya melihat poster Beasiswa Bazma 2016. Di dalam poster tersebut, Baituzzakah Pertamina akan memberikan fasilitas penggantian biaya pendidikan hingga lulus kuliah (tepat waktu) untuk mahasiswa yang membutuhkan dan aktif berorganisasi. Lalu juga ada fasilitas tambahan biaya hidup sebesar Rp 500.000,-  per bulannya. Beasiswa tersebut sangat ocok dengan saya yang membutuhkan bantuan biaya ekonomi.

Tidak hanya itu, Scholarship Baituzzakah Pertamina juga memberikan fasilitas Program Pengembangan Diri kepada mahasiswa yang mendapatkan beasiswa tersebut. Membuat mahasiswa berkembang menjadi peribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Semoga dengan adanya beasiswa tersebut, para mahasiswa dapat merealisasikan impiannya untuk berkontribusi membangun Indonesia untuk maju. Termasuk saya sendiri, ingin mewujudkan Indonesia maju dengan membaca!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Pertama!

Yuhuuu. Gue pengin ngasih tahu kabar gembira untuk kalian semua. Akhirnya proofread buku gue sampe juga di rumah!   Buat yang belum tau, dalam dunia penerbitan ada istilah proofread . Proofread itu adalah cetakan pertama sebelum mencetak sekaligus banyak. Gunanya supaya penerbit bisa ngecek dimana letak kesalahan pada buku pertama. Kalo cetakan pertama udah clear ( udah dibenerin semua) nanti baru bisa dicetak banyak. Itu berguna untuk menekan biaya produksi, kalo udah cetak banyak tapi salah kan kacau. Kok jadi ilmiah gini ya bahasannya.. Oke balik lagi. Jadi cetakan pertama ini udah sampe rumah, dan gue seneng banget, setelah menunggu lama akhirnya sampe juga. Nanti setelah gue koreksi proofread -nya, baru bisa siap cetak. Bokap sama Nyokap kaget banget ada yang ngirim buku ke rumah, terus di cover bukunya ada muka gue. Mereka ngira jaman sekarang media santet udah modern: gue disantet lewat buku. Hmmm… Gue gak ngasih kabar sama sekali ke orang tua kalo gue n...

Merasa asing

Gue merenungkan tulisan raditya dika dari bukunya mengenai koala yang berasal dari New South Wales, Australia. ceritanya begini, koala itu bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. beberapa bulan kemudian, ia kembali ke hutan tempat dia tinggal. namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. ia hanya bisa diam , tanpa bisa berbuat apa pun. ia duduk sendirian. memandangi sesuatu yang dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak dikenalinya. Sebenernya gue juga pernah merasakan hal yang dirasakan Si koala itu. 'sesuatu yang dulu sangat diakrabi dan sekarang seperti tidak dikenali'. tapi yang gue rasakan bukan kepada tempat seperti Si koala yang diceritakan diatas, tapi lebih kepada teman yang dulu pernah dekat, tapi sekarang udah tidak lagi. Salah satunya temen sd gue, Ibnu. Ibnu ini saudara dari saudara gue. jadi, gue punya ...

Boker diwaktu yang tidak tepat

Pada bulan bulan awal tahun 2011 pas gue smp dilewati dengan kegiatan kegiatan sekolah yang menyibukan. entah ada try out terus menerus yang hanya berselang seminggu, mengerjakan soal soal pelajaran yang akan di ujiankan tanpa henti, dan masuk sekolah jam 6 pagi atau yang biasa disebut jam 0 untuk belajar tambahan. ya itu semua dilakukan hanya untuk satu tujuan. lulus ujian nasional. "Ah ah ah ah   Ah ah ah ah Ah ah ah oh Ah ah ah ah I always knew you were the best the coolest girl I know"