Langsung ke konten utama

Jagoan Rumah Hantu


Dulu waktu smp kelas tiga, gue hobi banget main setelah pulang sekolah. main kemana aja, ke warnet, ke mall, ke rumah temen, pokoknya selalu main. soalnya, dulu banyak banget waktu luang, jadi bawaannya selalu pengin main melulu.

Gue inget, mendekati akhir semester pertama, lagi jaman- jamannya 'rumah hantu indonesia' yang bertempat di salah satu mall di depok . gue jelasin, rumah hantu itu semacam wahana hantu di dalam ruangan , yang dibuat jalur meliku-liku dari pintu masuk sampai pintu keluar. nanti di dalemnya ada setan (padahal orang) yang akan nakut nakutin orang yang masuk.

Karena di ajak temen, gue ikut main ke mall untuk nyoba wahana rumah hantu tersebut bareng beberapa temen sekelas setelah pulang sekolah.

Ketika udah nyampe depan rumah hantu, ternyata rame banget yang mengantri. rata-rata yang gue lihat anak sekolah semua. seragamnya masih dipakai. seperti gue dan temen temen. nggak jarang juga gue melihat ada bapak-bapak sama ibu-ibu yang mau nyoba 
masuk ke dalam wahana ini.

Bulu kuduk gue merinding. suasana di depan rumah hantu udah kelihatan serem, banyak gambar-gambar mistis dan patung setan. sebenernya sinh gue nggak mau masuk ke dalem, soalnya gue orangnya takutan. tapi karena pengin kelihat gaul dan kelihatan cowok 
macho, akhirnya gue ikutan membeli tiket dan mengantri.

Sekitar ada sebelas orang yang dari rombongan temen gue. ketika sudah sampai di depan pintu masuk, penjaganya, nyuruh empat orang dari rombongan gue gabung rombongan yang lain. adit, bram, deni, dan putra terpilih untuk gabung dengan rombongan itu. laki-laki dari rombongan gue yang tersisa hanya dua orang, gue dan alvin. sisanya cewek semua. entah ini keberuntungan atau malapetaka.

Tepat di depan pintu masuk, terdengar suara orang dari dalam teriak histeris ketakutan. ditambah lagi ada suara kencang seperti gergaji mesin. teriakan orang-orang yang di dalam semakin histeris setelah mendengar suara bising itu. mental gue turun tangga.

Saat rombongan gue masuk ke dalam, nggak ada pencahayaan sama sekali, ruangannya hanya terlihat remang remang. bau kemenyan yang pekat tercium dengan jelas, baunya persis seperti yang biasa di tempat dukun. suasana horor. ditambah lagi nggak ada yang mau maju pertama menyusuri tempat mistis ini. suasana semakin horor.

Tiba-tiba ada salah satu temen gue yang cewek nyeletuk "Pal, lu maju duluan. kan lu cowok. jadi alvin tinggal jaga kita para cewek dibelakang."

"Iya bener tuh" yang lain menimpali dengan memojokan gue.

Gue menyanggupi itu dengan pasrah.

Jadi formasinya selama perjalanan : gue di depan (sebagai tumbal). cewek-cewek di tengah (aman). alvin di belakang (kayaknya aman).

Gue jalan mengendap-ngendap ke dalam sambil di ikuti temen yang lain. sepertinya gue sedang memasuki ruang tamu. terlihat ada empat buah kursi yang berhadapan. 
ditengahnya ada satu meja berbentuk persegi panjang. di salah satu kursi ada sosok nenek-nenek memakai pakaian putih sedang duduk. ada sesuatu benda yang sedang dipegangnya. memandang penampakan seperti itu, gue panik.

Untuk menghilangkan rasa takut, secara spontan gue teriak :

"GUE NGGAK TAKUT SAMA YANG BEGITUAN ! GUE JAGOANNYA DI SINI !" seru gue sambil menepuk dada layaknya seorang jagoan.

Nenek yang memakai baju putih itu bangun dari kursinya. dia berjalan dengan sangat lambat sekali menghampiri kita. benda yang sedari tadi dipegangnya dinyalakan dan langsung mengeluarkan suara seperti gergaji mesin. sreeeeeeeengggg.......

"Siaaa...apa jagoannya ? sini lawan mbah..." suara nenek itu terdengar serak serak basah, seperti suara nenek-nenek pada umumnya.

"BU.....KAN SAYA MBAH, ITU JAGOANNYA YANG PALING DEPAN. NAMANYA NOPAL !" jawab alvin dengan suara yang lantang.

Gue panik. KENAPA NYEBUT NAMA GUE !?!

Alvin langsung mendorong cewek-cewek untuk maju ke depan karena saking paniknya. "PAL CEPETAN KAMPRET ! JANGAN JALAN DOANG !"

Alvin panik. ceweknya panik. gue juga panik. suasana panik.

Walaupun panik, gue mencoba untuk stay cool. gue berjalan dengan santai menuju ruangan selanjutnya melalui lorong. hampir semua cewek pada berpegangan erat pada lengan gue, termasuk pacar gue saat itu. gue berasa jadi cowok macho.

Di ujung lorong terlihat hitam pekat. gue yang tadinya berjalan santai , jadi berjalan agak lebih cepat karena mendapat dorongan yang keras dari belakang. saat sampai di ujung lorong, gue nggak bisa jalan lagi. ternyata yang ada dihadapan muka gue adalah tembok. ini jalan buntu.

Temen pada ngedesek gue ke tembok, semua merasa panik karena nenek lampir itu semakin mendekat dari arah belakang. maju kena mundur kena.

"
Woy jangan gencet gue, ini jalan buntu. cari jalan lain !" gue menahan dorongan yang keras dari belakang.

Suasana tegang.

Gue dan temen yang lain pada ngeraba ngeraba tembok untuk mencari jalan keluar. ternyata di sebelah kiri gue ada gorden yang berwarna hitam pekat. gue buka gorden itu secara perlahan, ada ruangan lain didalamnya.

"Masuk sini, ikutin gue."

Semuanya masuk ke dalam ruangan selanjutnya dengan menghela napas lega. nenek lampir yang tadi mengejar kita udah nggak ngejar lagi. semuanya tenang terkendali.

...

"Pal lu kenapa teriak-teriak kalo lu jagoan sih ?"

"Itu supaya ngilangin rasa takut gue"

Semuanya bengong.

Kita sekarang sedang menyusuri lorong sempit. mungkin hanya bisa dilewati untuk dua orang saja. jadi kita harus berjalan berbaris untuk melewati lorong tersebut. di ujung lorong gue melihat sesuatu. gue memicingkan mata supaya terlihat dengan jelas apa yang ada di depan. ada satu kursi dan ada orang yang duduk sedang memegang tongkat.

Berjalan perlahan demi perlahan. orang yang duduk itu terlihat semakin jelas. kepalanya sedang menunduk. mukanya tidak terlihat. sekarang posisi gue sudah berhadapan dengan dia. gue nggak lari, cuma diem di tempat. sengaja menahan temen yang dibelakang supaya ketakutan.

"Pal maa...ju pal, gue takuu..t"

Nggak berlangsung lama setelah temen gue yang dibelakang bilang seperti itu.

"Whoooa !!!" orang yang sedang duduk itu berteriak. dia langsung berdiri lalu menampakan mukanya yang mengerikan. terlihat mukanya bersimpah darah, kulit yang terkelupas, nanah di mana mana, dan bopeng.

Semuanya yang sudah melihat penampakan mengerikan itu lari terbirit-terbirit menuju tempat berikutnya. salah satu dari kita ada yang terjatuh. ternyata itu pacar gue. tangannya gue genggam dengan erat, kemudian membantunya untuk bangun.

"Aku ada disini untuk kamu. untuk menjaga kamu."

...

Setelah lari terbirit-birit dan terpisah pisah satu sama lain, akhirnya kita semua bertemu lagi di suatu tempat. di tempat itu kita melihat ada sebuah kaca transparan berbentuk persegi panjang yang sangat besar. di balik kaca itu, terlihat ada hutan buatan. cahaya remang remang merah muncul di dalam hutan. kaca itu terlihat sangat horor.

Untuk keluar dari ruangan ini kita harus melewati pintu yang bertepatan disebelah kaca itu. gue tau, di balik kaca itu pasti ada setan yang akan menakut-nakuti. gue harus memunculkan setan itu di balik kaca. supaya seru.

"WOY GUE JAGOANNYA SINI ! MANA SETANNYA ? KELUAR DONG ! ?! GUE NGGAK TAKUT !" teriak gue di depan kaca transparan sambil menahan temen-temen gue yang mau kabur.

Cukup lama menunggu setan itu muncul dari persembunyiannya. gue tau pasti dia lagi mencari moment yang pas.

"Pal ayo langsung jalan aja, nggak usah nungguin setannya, gue takut"
Sejurus kemudian, setan itu muncul dari balik kaca menampakan mukanya yang tersinari lampu berwarna merah. setan itu memakai baju putih dekil yang bersimpah darah di tengah badannya. rambut kepalanya keriting. rambut keteknya juga keriting.

"HAHAHA SEGINI DOANG ?!?! GUE TETEP NGGAK TAKUT !!" teriakan gue membuat 
ruangannya bergema. sebenernya apa yang di ucapkan di mulut, dengan apa yang dirasakan dihati sangat berbeda jauh. banget.

Gue berteriak nggak karuan untuk menghilangkan rasa takut gue. rasa takutnya pun nggak kunjung hilang. perlahan demi perlahan, ditengah teriak nggak jelas, kaki gue melangkah menuju pintu untuk kabur meninggalkan temen gue yang di depan kaca. gue berhasil kabur.

...

Sekarang kita sedang berada didalam ruangan yang gelap gulita. lebih gelap dari ruangan yang sebelumnya. semuanya berpencar mencari pintu keluar. terdapat beberapa pilihan pintu keluar dari ruangan ini. salah satu dari kita menemukan pintu yang menurut dia ruangan terakhir.

"Ini gue nemuin pintu, lewat sini aja, kayaknya ini ruangan terakhir."

Semuanya berjalan menuju pintu yang dimaksud. semburat cahaya putih muncul dari celah pintu diruangan yang telah kita masuki ini. ada secercah harapan untuk keluar dari wahana ini. semua seneng.

Temen-temen gue langsung lari menuju pintu yang terdapat cahaya tersebut. sedangkan gue hanya berjalan santai, memasukan kedua tangan ke kantong celana, supaya terlihat cool oleh orang-orang yang diluar rumah hantu ini, supaya gue mendapat julukan 'Jagoan rumah hantu'.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Pertama!

Yuhuuu. Gue pengin ngasih tahu kabar gembira untuk kalian semua. Akhirnya proofread buku gue sampe juga di rumah!   Buat yang belum tau, dalam dunia penerbitan ada istilah proofread . Proofread itu adalah cetakan pertama sebelum mencetak sekaligus banyak. Gunanya supaya penerbit bisa ngecek dimana letak kesalahan pada buku pertama. Kalo cetakan pertama udah clear ( udah dibenerin semua) nanti baru bisa dicetak banyak. Itu berguna untuk menekan biaya produksi, kalo udah cetak banyak tapi salah kan kacau. Kok jadi ilmiah gini ya bahasannya.. Oke balik lagi. Jadi cetakan pertama ini udah sampe rumah, dan gue seneng banget, setelah menunggu lama akhirnya sampe juga. Nanti setelah gue koreksi proofread -nya, baru bisa siap cetak. Bokap sama Nyokap kaget banget ada yang ngirim buku ke rumah, terus di cover bukunya ada muka gue. Mereka ngira jaman sekarang media santet udah modern: gue disantet lewat buku. Hmmm… Gue gak ngasih kabar sama sekali ke orang tua kalo gue n...

Merasa asing

Gue merenungkan tulisan raditya dika dari bukunya mengenai koala yang berasal dari New South Wales, Australia. ceritanya begini, koala itu bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. beberapa bulan kemudian, ia kembali ke hutan tempat dia tinggal. namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. ia hanya bisa diam , tanpa bisa berbuat apa pun. ia duduk sendirian. memandangi sesuatu yang dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak dikenalinya. Sebenernya gue juga pernah merasakan hal yang dirasakan Si koala itu. 'sesuatu yang dulu sangat diakrabi dan sekarang seperti tidak dikenali'. tapi yang gue rasakan bukan kepada tempat seperti Si koala yang diceritakan diatas, tapi lebih kepada teman yang dulu pernah dekat, tapi sekarang udah tidak lagi. Salah satunya temen sd gue, Ibnu. Ibnu ini saudara dari saudara gue. jadi, gue punya ...

Boker diwaktu yang tidak tepat

Pada bulan bulan awal tahun 2011 pas gue smp dilewati dengan kegiatan kegiatan sekolah yang menyibukan. entah ada try out terus menerus yang hanya berselang seminggu, mengerjakan soal soal pelajaran yang akan di ujiankan tanpa henti, dan masuk sekolah jam 6 pagi atau yang biasa disebut jam 0 untuk belajar tambahan. ya itu semua dilakukan hanya untuk satu tujuan. lulus ujian nasional. "Ah ah ah ah   Ah ah ah ah Ah ah ah oh Ah ah ah ah I always knew you were the best the coolest girl I know"