Langsung ke konten utama

Kucingku Berak Sembarangan


Semuanya di keluarga gue suka kucing, kecuali nyokap. Nyokap ini paling jijik kalau udah ketemu sama yang namanya kucing. Kesentuh bulu kucing sedikit aja langsung teriak histeris 'AAH!'. Kadang gue suka ngerjain nyokap kalo lagi di rumah, kucing kampung dari luar gue bawa ke dalem rumah, terus gue tempelin bulu kucingnya ke kaki nyokap. Dia teriak histeris. Gue bahagia.

Nyokap suka bilang 'jangan melihara kucing di rumah, soalnya jorok’. Kata-kata itu selalu 
terngiang di kuping gue. tapi ya namanya gue suka banget sama kucing, gue tetep suka ngasih makan kucing kampung yang berada di deket rumah.


Suatu hari, ada kucing yang dateng ke rumah. Kucing ini biasa dipanggil ‘nenek’ sama bokap, soalnya kucingnya mempunyai raut muka yang tua. Terus, Si nenek mencari tempat-tempat terpencil gitu. Yang gue tau ‘kalau kucing ke rumah mencari tempat-tempat terpencil yang susah di lihat, berarti kucing itu mau melahirkan.’ Teori gue di perkuat oleh perutnya Si nenek yang sudah membuncit, ternyata dia hamil. Gue geleng-geleng kepala. Kucing jaman sekarang sudah memasuki jaman pergaulan bebas. Hamil diluar nikah.

Beberapa hari kemudian kucing itu mundar-mandir lagi ke rumah. Sampai pada akhirnya kucing itu memutuskan untuk melahirkan anaknya di dalam guci di rumah gue. Si nenek melahirkan tiga anak. Dua kucing berwarna hitam- putih seperti ibunya, sedangkan satu kucing lagi berwarna hitam-putih-oranye. Semuanya lucu-lucu.

Sekarang gue jadi ada temennya kalau sedang sendirian di rumah. Seperti anak kucing pada umumnya, kalau melihat lidi yang berjalan, pasti kucing akan mengejar dan menangkapnya. Gue suka main dengan anak kucing, dengan memutar-memutar lidi, lalu kucingnya ikut berputar juga mengejar lidi, sampai kucingnya migren. lalu dia diam. Terus biasanya dia bilang 'meow' yang berarti 'pusing bos pala gue'.

Seiring berjalannya waktu anak-anak kucingnya bertambah besar. Semuanya tumbuh dengan baik, tapi tidak dengan kucing yang mempunyai tiga warna. Badannya kurus dan kecil. Tapi dia masih termasuk kucing yang aktif, suka lari-sana-lari-sini. kucing tiga warna adalah kucing yang paling gue sayang. karena bulunya yang halus dan mukanya yang unyu.

Sampai pada suatu ketika, Si kucing tiga warna ini, mulai sakit-sakitan. bisa dilihat sikapnya yang mulai berubah. Ketika di kasih makanan, makannya hanya sedikit. Kerjaannya cuman diam dirumah, melamun. Pada akhirnya ketika pulang sekolah dan sampai rumah, gue mendapatkan kabar duka dari bokap, dia dinyatakan meninggal. kucingnya terkapar di dalam kardus dengan mulutnya mangap.

Dengan meninggalnya kucing yang paling gue sayang, gue merasa sedih. Kuat, Nopal, kuat.
Jadi, kucing yang tersisa dirumah gue tinggal dua. Si nenek meninggalkan rumah. Gosip yang beredar di antara ibu-ibu perkucingan, katanya sih ya, Si nenek termasuk bukan kucing baik-baik. Dia sering hamil. Mungkin alasan dia keluar rumah, ingin menggoda kucing garong yang lain.


Kakak gue menamakan kucing yang bersisa dua dengan nama Mumu dan Mimi. Kedua kucing ini mempunyai sifat yang berbeda satu sama lain. Si Mumu adalah kucing yang hiperaktif banget. Gak bisa diem. Suka lari-lari gak jelas sendiri. Si Mumu kalau dipegang atau di gendong juga gak mau. Sedangkan SI Mimi ini kucing yang pendiam. Jarang bergerak. Dia lebih suka di pegang atau dimanjain.

Bokap sayang banget sama kucing. Kucing di rumah udah di anggap keluarga. Bahkan kadang gue berpikir, dia lebih sayang kucing daripada anaknya sendiri. Ketika bokap pulang ke rumah malah yang di tanya ‘Kucingnya udah dikasih makan belom ?’ bukannya ‘Kamu udah makan nasi belom ?’

Walaupun bokap sayang banget sama kucing, dia tetap memegang teguh ke-higienis-an. Dia menganggap bulu kucing itu jorok. Berbeda dengan orang biasanya, yang menyayangi kucing mengelus badannya dengan tangan. Bokap malah mengelus badan kucing dengan kaki. Padahal kakinya belum tentu higienis.

Kucing di rumah jadi terbiasa dengan kaki bokap. Sehingga kucing di rumah lebih mencari kaki dari pada tangan untuk di elus. Pernah gue di ceritain bokap, ketika dia lagi tidur di dalam kamar, pintunya di tutup. Tiba tiba pintu jendela kamar kebuka, ada kucing yang masuk, terus ada yang mengelus kaki bokap, ternyata ada Si Mimi yang minta di manjain dengan kaki.


Belakangan ini gue lagi kesel dengan tingkah Si Mumu dengan Si Mimi yang tingkahnya ini gak bisa di tolerir lagi. BOKER SEMBARANGAN.

Hari minggu, gue yang sedang asiknya tidur-tiduran dikamar, menikmati indahnya kasur ketika di minggu pagi, tiba tiba di kagetkan dengan teriakan bokap yang menggema sehingga terdengar masuk ke kamar.“NOPAL !!”

“Iya, kenapa bi ?” gue menjawab, lalu menghampiri ke arah sumber suara. Suara itu terdengar dari arah kamar mandi.

“Kamu berak sembarangan ya ?”

“Nggak kok, siapa yang berak sembarangan ? aku mah berak di dalam toilet.” Jawab gue dengan sewot.

“Lah, terus, ini e’ek di lantai kamar mandi, punya siapa ?” tanya bokap sambil menunjuk-nunjuk e’ek.

Lalu bokap dengan gue berpikir. Kita menatap satu sama lain.

Pikiran bokap dengan gue sama. Pasti yang menyebabkan e’ek bertebaran di dalam kamar mandi adalah kucing. Karena kemungkinan pelakunya adalah penghuni rumah, antara bokap, adek, gue dan kucing. Kalau bokap gue gak mungkin, karena dia langsung menuduh gue. Adek gue gak mungkin, dia cewek, gak mungkin sejorok itu. Gue gak mungkin, walaupun gue orangnya jorok, tapi gak sejorok itu juga. Eh, tapi mungkin juga sih.

Mumu dan Mimi di sandingkan berdua di dalam ruang keluarga. Bokap mengangkat satu per satu kucingnya. Sambil menanyakan “Kamu berak di dalam kamar mandi ya ?” dengan nada emosi. Gue bingung sama bokap. Kenapa kucing di tanyain dengan bahasa manusia, dia kan gak ngerti. Kucingnya malah menjawab “Meow”.

Bokap yang gak puas dengan jawaban kucing yang gak tau artinya apa, dia mengecek bagian pantat Si Mumu dan Mimi. Ada sedikit bercak-bercak bekas e’ek yang belum bersih. Dari situ bokap mempunyai bukti yang kuat, pelaku yang e’ek di lantai kamar mandi adalah kucing.

Ada gak enaknya sih ketika melihara kucing. Saat kucingnya melakukan kesalahan seperti BERAK SEMBARANGAN, gue gak bisa ngatain dia. Berbeda kalau gue melihara monyet dan anjing. Kan ngatainnya enak. ‘DASAR MONYET !’ atau ‘DASAR ANJING !’. Sedangkan kalau gue ngatain kucing. ‘DASAR KUCING !’. Antiklimaks.

Komentar

  1. Beli wadah plastik kotak (Rp 8.000) trus dikasih pasir (sekarung Rp 20.000) buat tempat eek si kucing. Tapi kamu ya mesti telaten membersihkan eek di wadahnya itu biar ga bau.

    BalasHapus
  2. Kucingnya disekolahin biar berpendidikan dan ngak berak sembarangan hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tuh,tapi nanti sekolahnya mahalan si kucing dari pada majikannya :(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Pertama!

Yuhuuu. Gue pengin ngasih tahu kabar gembira untuk kalian semua. Akhirnya proofread buku gue sampe juga di rumah!   Buat yang belum tau, dalam dunia penerbitan ada istilah proofread . Proofread itu adalah cetakan pertama sebelum mencetak sekaligus banyak. Gunanya supaya penerbit bisa ngecek dimana letak kesalahan pada buku pertama. Kalo cetakan pertama udah clear ( udah dibenerin semua) nanti baru bisa dicetak banyak. Itu berguna untuk menekan biaya produksi, kalo udah cetak banyak tapi salah kan kacau. Kok jadi ilmiah gini ya bahasannya.. Oke balik lagi. Jadi cetakan pertama ini udah sampe rumah, dan gue seneng banget, setelah menunggu lama akhirnya sampe juga. Nanti setelah gue koreksi proofread -nya, baru bisa siap cetak. Bokap sama Nyokap kaget banget ada yang ngirim buku ke rumah, terus di cover bukunya ada muka gue. Mereka ngira jaman sekarang media santet udah modern: gue disantet lewat buku. Hmmm… Gue gak ngasih kabar sama sekali ke orang tua kalo gue n...

Merasa asing

Gue merenungkan tulisan raditya dika dari bukunya mengenai koala yang berasal dari New South Wales, Australia. ceritanya begini, koala itu bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. beberapa bulan kemudian, ia kembali ke hutan tempat dia tinggal. namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. ia hanya bisa diam , tanpa bisa berbuat apa pun. ia duduk sendirian. memandangi sesuatu yang dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak dikenalinya. Sebenernya gue juga pernah merasakan hal yang dirasakan Si koala itu. 'sesuatu yang dulu sangat diakrabi dan sekarang seperti tidak dikenali'. tapi yang gue rasakan bukan kepada tempat seperti Si koala yang diceritakan diatas, tapi lebih kepada teman yang dulu pernah dekat, tapi sekarang udah tidak lagi. Salah satunya temen sd gue, Ibnu. Ibnu ini saudara dari saudara gue. jadi, gue punya ...

Boker diwaktu yang tidak tepat

Pada bulan bulan awal tahun 2011 pas gue smp dilewati dengan kegiatan kegiatan sekolah yang menyibukan. entah ada try out terus menerus yang hanya berselang seminggu, mengerjakan soal soal pelajaran yang akan di ujiankan tanpa henti, dan masuk sekolah jam 6 pagi atau yang biasa disebut jam 0 untuk belajar tambahan. ya itu semua dilakukan hanya untuk satu tujuan. lulus ujian nasional. "Ah ah ah ah   Ah ah ah ah Ah ah ah oh Ah ah ah ah I always knew you were the best the coolest girl I know"