Langsung ke konten utama

AIM

Semenjak gue belum keterima di perguruan tinggi  dan mendapatkan nilai jelek di ujian nasional, bokap jadi insecure banget sama gue. Dia sibuk banget nyari sekolah kedinasan untuk mem-backup seandainya gue (amit-amit cabang jenglot) gak lolos tes tulis perguruan tinggi negeri nanti.

Sekolah kedinasan itu semacam sekolah pendidikan yang di rintis oleh suatu lembaga pemerintah. Nah, biasanya, masalah biaya pendidikannya akan ditanggung di bawah instansi pemerintah tersebut. Misal : STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) itu salah satu sekolah kedinasan yang gratis setau gue, dibayarin oleh pemerintah.

Kenapa gak milih perguruan tinggi swasta untuk mem-backup ? Kalau di perguruan tinggi swasta keluarga gue terbentur dengan masalah biaya. Karena yang gue tau, swasta itu biayanya pasti mahal. Sebenernya boleh sih gue kuliah di perguruan tinggi swasta, tapi selama kuliah gue gak boleh makan.

Gue di suruh milih antara AKIP atau AIM sama bokap. AKIP itu singkatan dari Akademi Ilmu Pemasyarakatan. Setelah gue tanya sama bokap, biasanya setelah sekolah di situ kerjanya jadi apa. Bokap jawab, ‘Biasanya sih kerja di LAPAS’. Gue diem. Dipikiran gue, LAPAS itu identik penghuninya dengan pembunuh, pemakai narkoba dan penculikan. Pikiran gue udah kemana-mana seandainya gue kerja di LAPAS. Pasti gue nanti pas jaga, di culik, di suruh pakai narkoba terus dibunuh. Kematian yang tragis

‘Aku pilih AIM aja deh’

AIM itu bukan singkatan dari Akademi Ingusan dan Mimisan, bukan. AIM itu singkatan dari Akademi Imigrasi. Gue belum tau sih prospeknya ke depan gimana, tapi kalau dibandingkan dengan pilihan yang satunya lagi, kayaknya lebih baik yang ini.

Gue lihat di web pedaftaran AIM. Ada salah satu tes masuknya yang buat gue bingung, tes kesamaptaan. Akhirnya gue searching  di google, apa itu tes kesamaptaan. Gak berlangsung lama akhirnya ketemu. Ternyata tes kesamaptaan itu tes fisik. Gue lihat beberapa persyaratan tes kesamaptaan di sekolah kedinasan.

Lari untuk Laki-Laki : 3444 meter, Waktu 12 Menit
Lari untu Cewek : 3095 meter, Waktu 12 Menit

Pull Up untuk Laki-Laki: 17 Kali, Waktu 1 Menit
Pull Up/ Chinning (perempuan) : 72 kali, Waktu 1 Menit

Sit Up untuk Laki-Laki : 40 kali, Waktu 1 Menit
Sit Up untuk Perempuan : 50 kali, Waktu 1 Menit

Push Up untuk Laki-Laki : 42 kali, Waktu 1 Menit
Push Up untuk Perempuan : 37 kali, Waktu 1 Menit

Shutle Run untuk Laki-Laki: 16,2 detik
shutle Run untuk Perempuan : 17,6 detik

Gue mangap-mangap ngelihatnya. Lari 5 meter aja gue langsung pingsan. Gimana tes fisiknya.

Sebenernya sih gue gak terlalu suka sekolah kedinasan, karena passion gue bukan di situ. Kalau masuk situ harus disiplin dan berbadan fisik kuat. Sedangkan kualifikasi dari fisik dan minat gue aja gak ada yang di situ. Semoga aja gue lolos tes tulis masuk perguruan tinggi negeri nanti, supaya gak harus sekolah di akademi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karya Pertama!

Yuhuuu. Gue pengin ngasih tahu kabar gembira untuk kalian semua. Akhirnya proofread buku gue sampe juga di rumah!   Buat yang belum tau, dalam dunia penerbitan ada istilah proofread . Proofread itu adalah cetakan pertama sebelum mencetak sekaligus banyak. Gunanya supaya penerbit bisa ngecek dimana letak kesalahan pada buku pertama. Kalo cetakan pertama udah clear ( udah dibenerin semua) nanti baru bisa dicetak banyak. Itu berguna untuk menekan biaya produksi, kalo udah cetak banyak tapi salah kan kacau. Kok jadi ilmiah gini ya bahasannya.. Oke balik lagi. Jadi cetakan pertama ini udah sampe rumah, dan gue seneng banget, setelah menunggu lama akhirnya sampe juga. Nanti setelah gue koreksi proofread -nya, baru bisa siap cetak. Bokap sama Nyokap kaget banget ada yang ngirim buku ke rumah, terus di cover bukunya ada muka gue. Mereka ngira jaman sekarang media santet udah modern: gue disantet lewat buku. Hmmm… Gue gak ngasih kabar sama sekali ke orang tua kalo gue n...

Merasa asing

Gue merenungkan tulisan raditya dika dari bukunya mengenai koala yang berasal dari New South Wales, Australia. ceritanya begini, koala itu bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya. beberapa bulan kemudian, ia kembali ke hutan tempat dia tinggal. namun, ternyata selama dia pergi, hutan yang pernah menjadi rumahnya ditebang, diratakan dengan tanah oleh para penebang liar. Si koala kebingungan kenapa tempat tinggalnya tidak seperti dulu. ia hanya bisa diam , tanpa bisa berbuat apa pun. ia duduk sendirian. memandangi sesuatu yang dulu sangat diakrabinya dan sekarang tidak dikenalinya. Sebenernya gue juga pernah merasakan hal yang dirasakan Si koala itu. 'sesuatu yang dulu sangat diakrabi dan sekarang seperti tidak dikenali'. tapi yang gue rasakan bukan kepada tempat seperti Si koala yang diceritakan diatas, tapi lebih kepada teman yang dulu pernah dekat, tapi sekarang udah tidak lagi. Salah satunya temen sd gue, Ibnu. Ibnu ini saudara dari saudara gue. jadi, gue punya ...

Boker diwaktu yang tidak tepat

Pada bulan bulan awal tahun 2011 pas gue smp dilewati dengan kegiatan kegiatan sekolah yang menyibukan. entah ada try out terus menerus yang hanya berselang seminggu, mengerjakan soal soal pelajaran yang akan di ujiankan tanpa henti, dan masuk sekolah jam 6 pagi atau yang biasa disebut jam 0 untuk belajar tambahan. ya itu semua dilakukan hanya untuk satu tujuan. lulus ujian nasional. "Ah ah ah ah   Ah ah ah ah Ah ah ah oh Ah ah ah ah I always knew you were the best the coolest girl I know"