Perumahan di rumah Nyokap gue tergolong perumahan baru.
Tetangga di sini didominasi oleh pasangan suami istri yang baru menikah. Rata-rata
anak-anaknya masih kecil, gak ada yang seumuran gue. Jadi, pemandangan sore
hari ketika gue keluar rumah adalah melihat anak kecil berkeliaran kesana
kemari sambil meneteskan air ingus.
Gue gak punya temen di perumahan ini. Bukannya gue gak
mau bersosialisasi, gue cuman takut kalau terjadi apa-apa dengan
anak-anak-ingusan-itu, pasti gue yang kena, karena gue anak yang paling tua.
Tapi gue punya satu temen, dia anak kecil, kira-kira
ukurannya 50 milimeter… oke itu ukuran upil
gue. Temen gue itu tetangga
sebelah, namanya Mahesa. Tepatnya bukan temen gue sih, soalnya cuman dia yang
mengganggap gue sebagai temen, guenya nggak.
Mahesa ini anak tunggal. Orang tuanya juga tunggal. Dia
hanya di besarkan oleh ibunya. Kalau masalah tentang bapaknya, gue gak tau. Gue
gak mau menanyakan masalah tentang bapaknya ke Mahesa, dia masih kecil. Karena
menurut gue, kemungkinannya hanya ada dua, bapaknya meninggal, atau kedua orang
tuanya cerai.
Ketika pertama kali rumah Nyokap jadi, Mahesa sering
banget main ke rumah. Selalu mengajak gue main. Kedatangannya ke rumah menurut
gue bukannya mengajak main, tapi malah membawa kerusuhan.
Saat gue sedang menonton tv, terdengar suara pijakan
kaki dari luar rumah. Lama kelamaan suaranya terdengar semakin keras. Tiba-tiba
ada yang membuka pintu ruang tamu tanpa salam.
“Bang Nopal, main yuk” sahut Mahesa dari depan pintu.
“Nggak, Bang Nopal lagi nonton. Main aja sendiri” jawab
gue jutek. Kalo lagi nyaman nonton tv,
gue males untuk main, apalagi sama anak
kecil.
Dia yang sedang berdiri di depan pintu rumah, langsung
lari menabrak gue dari belakang yang sedang duduk asik nonton tv. Lalu, Mahesa
langsung gelendotan di punggung gue, sambil memeperkan ingusnya ke leher gue.
“Main nggak ?” ancam Mahesa.
Ya, gue langsung main sama dia. Gue gak mau leher gue
karatan. Sejak kejadian itu, Mahesa punya jurus untuk mengajak gue main.
…
Mahesa hampir setiap hari main ke rumah. Anak kecil itu datang setelah gue pulang dari
sekolah. Tandanya dia tau, kalau ada motor gue di depan rumah, berarti gue
sudah pulang dari sekolah. “Bang Nopal, main yuk” kalimat itu selalu terngiang
di kuping gue setelah pulang sekolah.
Kebiasaan yang selalu terulang, membuat gue menjadi hafal
polanya. Saat ada suara kaki berderu kencang ke arah rumah, pasti itu tandanya
ada Mahesa mau ke rumah. Biasanya
ketika mendengar suara itu, gue
langsung ngumpet di balik pintu kamar gue, menghindar untuk bermain dengan
Mahesa.
Pintu ruang tamu terbuka.
“Ibu Lita, bang nopalnya ada nggak ?” Mahesa yang tidak
melihat gue, langsung menanyakan kepada Nyokap yang sedang ada di rumah.
“Oh, bang nopalnya nggak ada tuh” jawab Nyokap gue berbohong.
Dia tau kalau gue ngumpet di balik pintu kamar, dan dia tau kalau gue gak mau
main sama anak itu.
“Ah bohong, itu buktinya ada motornya Bang Nopal di
depan rumah”
“…”
Mahesa memang anak yang pinter, dia gak gampang untuk
dibohongin. Gak kayak waktu gue kecil dulu, gue gampang banget dibohongin.
Pernah dulu, temen gue nangkep laba-laba, terus dia bilang ke gue ‘Pal coba deh
tangan lu digigit laba-laba, kan nanti bisa berubah jadi spiderman’ gue langsung
percaya. Mulut laba-labanya diarahkan ke tangan gue, dia menggigit, gue meringis kesakitan. Setelah tangan gue digigit
laba-laba, eh gue gak jadi spiderman. Kampret.
Mahesa mencari gue ke seluruh sudut ruangan di rumah,
berlari sana-sini. Hentakan kakinya terdengar telinga gue yang sedang ngumpet
di balik pintu. Tiba-tiba gue merasakan sesuatu. Ada yang mendorong pintu kamar
hingga badan gue terhimpit antara pintu dan tembok. Sakit.
“Wah, kayaknya ada Bang Nopal nih, keluar gak Bang ?
Gue diem.
“Keluar gak Bang ? atau Mahesa dorong terus pintunya ?”
“Iya, Iya…” gue keluar. Gue lebih milih main dengan
Mahesa daripada badan gue hancur jadi
daging giling karena terhimpit pintu dan
tembok.
Anak itu selalu menang dari gue. Dia selalu punya cara
yang aneh untuk bisa mengajak gue main.
Untuk meluapkan kejengkelan gue pada anak itu, kadang
dia sering gue ajak main smack down, supaya dia marah dan gak mau main
lagi sama gue. Dia gue ajak ke kamar gue. Setelah sampai, lalu badannya
gue angkat ke atas, dan gue banting ke kasur. Niatnya untuk bikin dia kesel, eh
malah kebalikannya. “Bang Nopal, main smack down lagi, seru !”
…
Ketika Mahesa sedang main di rumah, kadang gue suka
isengin dia. Anak kecil ingusan itu paling takut sama kegelapan dan
kesendirian. Kalau ditinggal sendiri di dalam kamar mandi pasti dia langsung
nangis. Pernah gue kunciin di dalem kamar mandi, lampunya gue matiin. Pas gue
buka, dia meneteskan air mata dan meneteskan air ingus.
Beberapa hari setelah gue kunciin di kamar mandi, dia
jarang main lagi sama gue. Setiap sore gak ada kalimat yang selalu gue dengar
“Bang Nopal, main yuk”. Kata ibunya, dia trauma ditakut-takutin begitu. Dia
lebih memilih mengurungkan diri di rumahnya sambil minum ingus (Oke ini
ekstrim).
Jujur, gue kangen sama tingkah lakunya dia. Dengan
membuat kegaduhan di rumah, memeperkan ingusnya, gue kangen. Semenjak dia
jarang main lagi ke rumah gue, berasa jadi sepi. Gak ada orang yang gue
marahin, gak ada yang isengin gue, gak ada yang meperin ingus.
Emang, sesuatu yang berharga, baru terasa
berharga ketika kita merasa kehilangan.
Gue baru nyadar, ternyata apa yang gue lakuin salah.
Bukannya mengajak dia main, malah isengin dia. Padahal yang dia mau hanya
‘teman bermain’. Dia gak punya temen
kecuali gue.
Apa yang dia rasakan, sebenernya pernah juga gue
rasakan. Disaat kakak gue pergi
meninggalkan rumah untuk kuliah dan menetap di kos. Dan ketika adik gue sedang
tidak berada di rumah, berasa jadi sepi, gak ada temen main. Gak ada temen
ngobrol.
…
Dengan jeda waktu yang lama, setelah jarang main ke
rumah gue, akhirnya Mahesa datang ke rumah lagi. Terdengar suara kaki di depan
rumah. Suara pijakan kakinya ketika pertama kali ke rumah masih gue, masih
sama. Suara dari mulutnya masih terdengar cempreng seperti dulu “Bang Nopal,
Main yuk”. Gue jawab dengan semangat “Ayuk main”.
Anda Bosan Menjadi Pemain Dan Ingin Menjadi Bandar??? Temukan Solusinya Hanya Di PesonaQQ.com
BalasHapusPenawaran Special Dari PesonaQQ Untuk Anda Yang Bergabung Hari Ini Juga :
=>> Bonus Turnover 0.3% - 0.5% (Perminggu)
=>> Bonus Referensi 20% (Seumur Hidup)
Keuntungan Anda Yang Bergabung Bersama Kami Di PesonaQQ :
*Data Anda Aman Bersama Kami
*Pelayanan Customer Service Yang Ramah 24/7
*Tersedia 7 Permainan Dalam 1 Web Yang Sesuai Dengan Skill Anda (Poker, Domino QQ, Capsa Susun, Adu Q, Bandar Q & Bandar Poker)
*Bonus TURNOVER Yang Melimpah & Bonus REFERENSI Yang Berlaku Seumur Hidup
*Hanya Dengan 1 Akun Anda Sudah Bisa Bermain Semua Game Di PesonaQQ.com
Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi???
Ayok Tunjukkan Skill Anda Sekarang Juga, Hanya Di PesonaQQ.