Rabu kemarin, setelah tes tulis SBMPTN, gue verifikasi
berkas asli Akademi Imigrasi bareng temen sekolah gue, Rio. Lokasi tempatnya di
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia KEMENKUMHAM, Depok. Dari tempat tinggal
gue ke sana, hanya membutuhkan waktu satu jam.
Para peserta calon taruna yang ingin melakukan
verifikasi berkas, disuruh menunggu di bawah tenda yang disediakan, sambil
disebutkan nomor antrian. Gue dan Rio duduk saling berjauhan, karena nomor
antrian kita berbeda jauh. Di sekitar tenda, ada taruna yang menjaga tempat
tenda. Semuanya berbadan tegap, berisi, dan tinggi. Mukanya juga sangar-sangar.
“Kau anak band ya ?” Tanya salah seorang taruna
dengan logat sumatera, kepada calon taruna yang sedang duduk.
“Bukan kak” Jawabnya sambil gugup.
“Rambut kau, panjang kali ! Mirip Andika Kangen band !
Nanti cukur ya !”
Gue hanya memandang taruna itu, sambil gemeteran. Dalam
hati gue bilang, ‘Semoga gue gak ditanya’.
“Hey, kau anak mana kau ?” Tanya taruna itu lagi,
kepada salah seorang calon taruna yang lain.
“Saya dari jambi” Calon taruna itu menjawab.
“Oh jauh juga kau, nanti cukur kumis kau ya ! Disini
tidak ada yang boleh berkumis !” Suruh taruna itu dengan tegas. Lagi-lagi ada calon
taruna yang kena.
Gue nelen ludah dengernya. Galak banget. Itu aja baru
yang berkumis, gimana gue yang berkumis dan berjenggot. Mungkin gue akan
dijadikan dendeng bakar disini. Kepala gue hanya menunduk melihat ke tanah
dibawah kursi. Gue kembali bilang dalam hati, ‘Semoga gue gak ditanya’. Tapi
takdir berkata lain.
“Sssst, ssstt, ssstt” terdengar ada seorang yang memanggil
gue dengan berbisik keras. Kepala gue mendongak ke atas, ternyata yang manggil
gue adalah taruna yang tadi nanya. “Hey kau anak mana kau ?”.
“Hah ? Anak mana ? Maksudnya ?” Gue panik, gue malah menjawab
pertanyaan dengan pertanyaan. Gue bego banget, seharusnya gue menjawab ‘asal
daerah’. “Saya dari bogor”
“Dekat juga ya, sama siapa kau ke sini ?”
“Sama teman satu sekolah”
“Jangan lupa ! Kumis cukur, jenggot cukur !” Kata taruna
itu kembali.
“I…i…ya” Jawab gue gugup, sekaligus keliatan bego.
Gue bersyukur gak jadi dendeng bakar disini. Bet nama yang terpasang di dada taruna tadi, tertulis nama ‘Bayu’. Seandainya nanti gue
akan melanjutkan pendidikan di sini, gue akan menjauhi nama orang itu.
Kaka asuh nya sangat perhatian fal
BalasHapusAntara perhatian dan ganas bar....
Hapus