Untuk saat ini konsep menikah sangat-sangat-sangatlah menakutkan bagi gue pribadi. Bagaimana nggak, kita harus hidup bersama dengan orang yang kepribadiannya berbeda, isi kepalanya berbeda, dan yang paling penting dari itu semua: kelaminnya beda.
Hidup dengan keluarga sendiri saja terkadang suka ribut sendiri, dengan masalah-masalah kecil sekalipun. Apalagi ada orang baru yang ingin mencoba masuk ke dalam hidup kita, mencoba berkomitmen seumur hidup. Hidup satu rumah. Setiap hari bertemu. Yang sudah pasti, ujung-ujungnyaa bakal tau sifat buruknya masing-masing.
Belum lagi masalah anak. Tentunya nanti ketika menikah salah satu tujuannya adalah mempunyai keturunan. Memegang tanggung jawab secara penuh titipan dari Tuhan. Salah-salah sedikit, efeknya bakal jangka panjang.
Anak salah sedikit. Orang tua disalahin. "Ini anaknya siapa ?" belum pernah terdengar ketika punya kesalahan ditanya, "Berapa harga sembako di daerah wonosobo pada tahun 1969 ?"
Masalah finansial juga menjadi perhatian yang sangat krusial. Banyaknya perceraian salah satunya faktor tertinggi karena ekonomi keluarga. Tiba-tiba kebutuhan sehari-hari tidak tercukupi, suasana rumah menjadi runyam, ujung-ujungnya berpisah.
Pondasi keuangan termasuk paling penting. Bagaimana mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan. Rumah. Tabungan. Investasi. Dan yang lain sebagainya yang kalau dipikirin semuanya, bisa membuat otak pecah. Dan gue belum mencapai ke tahap itu, untuk mempunyai semuanya.
Ditambah lagi dengan kondisi orang tua memutuskan berpisah saat gue kuliah sekitar 2 sampai 3 tahun lalu. Itu momen terburuk dalam hidup. Patah sepatahnya. Hancur-sehancurnya.
Jadi itu membuat pola pikir gue menikah merupakann hal yang sangat menakutkan. Harus dipikir secara matang-matang. Ketakutan akan terjadi seperti kejadian orang tua, selalu membayangi di kepala.
Tapi keinginan mempunyai keluarga sendiri, mempunyai anak dan pasangan seumur hidup tentunya masih ada. Gue gak mau hidup sebatang kara sampai mati. Mati dalam kesendirian. Tanpa ada kenangan yang bisa disimpan ketika hidup. Mungkin keinginan itu akan diwujudkan di waktu yang akan datang setelah dirasa semuanya siap.
Terlepas dari itu semua, ada satu momen yang paling gue suka ketika duduk di taman. Pasti selalu ada pasangan ayah dan ibu serta membawa anaknya bermain. Berlari-larian. Mengejar satu sama lain. Dan tertawa bersama. Gue melihat itu suka senyum sendiri. Seseru itukah ?
Tiba-tiba timbul pertanyaan. Gimana rasanya jadi seorang Ayah ? Apakah menyenangkan ?
Di kantor banyak teman-teman sudah menikah. Hubungan gue dengan mereka beberapa cukup dekat. Dan, rasanya asik kalo diajak ngobrol ngalur ngidul. Sambil menyesap kopi di gelas, dan duduk di depan layar laptop, gue ngobrol dengan Mas Mindra.
Komentar
Posting Komentar